tag:blogger.com,1999:blog-89601065874431395812023-11-15T09:44:11.621-08:00Bahasa IndonesiaUNSUR-UNSUR PEMBENTUK BAHASA INDONESIAUnknownnoreply@blogger.comBlogger6125tag:blogger.com,1999:blog-8960106587443139581.post-24443217743137423262009-02-06T06:44:00.000-08:002009-02-06T06:51:49.492-08:00Pemakaian Huruf Kapital1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.<br />Contoh:<br /> Dia menangis.<br />Apa yang dia kerjakan?<br />2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.<br />Misalnya:<br /> Adik bertanya, “Kapan kita bertamasya.”<br /> “Besok lusa,” kata Ibu, “paman akan berangkat.”<br />3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.<br />Contoh:<br /> Allah Islam<br /> Yang Mahakuasa Qur’an <br /> Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.<br />4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.<br />Contoh:<br /> Sultan Hasanuddin Nabi Ibrahim<br /> Haji Samsul<br />Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.<br />Misalnya:<br /> Tahun ini ayah akan naik haji.<br />5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.<br />Misalnya:<br /> Presiden Soekarno Gubernur Aceh<br /> Perdana Mentri Iran<br />Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.<br />Contoh:<br /> Siapa nama gubernur yang baru dilantik itu?<br />6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. <br />Contoh:<br /> Amir Nasution <br /> Anisa Subandono<br />Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya:<br /> 3 ampere <br /> 10 volt<br />7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, bangsa dan bahasa.<br />Misalnya:<br /> bangsa Indonesia bahasa Indonesia<br /> suku Sunda negara Indonesia<br />Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.<br />Misalnya:<br /> mengindonesiakan bahasa asing<br /> keinggris-inggrisan <br />8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa besar.<br />Misalnya:<br /> bulan Agustus hari raya Idul Fitri<br /> Perang Dunia II hari Kamis<br /> tahun Hijriyah<br />Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama. Misalnya:<br /> Perlombaan senjata membawa resiko perang dunia.<br />9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.<br />Misalnya:<br /> Asia Tenggara Lembah Baliem<br /> Sungai Lusi Bukit Barisan<br />Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya:<br /> berlayar ke teluk<br /> mandi di kali<br />Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis. Misalnya:<br /> garam inggris gula jawa<br /> jambu bangkok pisang ambon<br />10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi kecuali kata dan<br />Misalnya:<br /> Republik Indonesia <br /> Majelis Permusyawaratan Rakyat<br />Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.<br />Misanya:<br /> beberapa badan hukum menurut undang-undang yang berlaku<br /> menjadi sebuah republik<br />Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, dan dokumen resmi.<br />Contoh:<br /> Perserikatan Bangsa-Bangsa Undang-Undang Dasar 45<br /> Rancangan Undang-Undang Kepegawaian<br />12. huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.<br />Misalnya:<br /> Saya telah membeli buku Burung-Burung Manyar.<br /> Soni meminjam buku Dari Ave Maria ke Jalana Lain ke Roma.<br /> Anisa membeli surat kabar Kompas.<br />13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.<br />Misalnya:<br /> Dr. Doktor<br /> M.A. Master of Arts<br /> S.H. Sarjana Sastra<br /> Sdr. Saudara<br />14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, kakak, saudara, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.<br />Misalnya:<br /> “Kapan Bapak Berangkat?” tanya Anisa.<br /> Surat Saudara sudah saya terima.<br /> Besok Paman akan datang.<br /><br />Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.<br />Misalnya:<br /> Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.<br /> Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.<br />15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.<br />Misalnya:<br /> Sudahkan Anda tahu?<br /> Surat Anda telah kami terima.<br /><br />Dafta Pustaka<br />Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2004. <em>Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman umum pembentukan Istilah</em>. Bandung: Yrama Widya.<br /> Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8960106587443139581.post-39725918219868183972009-02-06T06:41:00.000-08:002009-02-06T06:44:38.657-08:00Kalimat Aktif dan Kalimat PasifKalimat dapat diartikan sebagai urutan kata, frase, klausa atau kombinasi unsur-unsur tersebut yang minimal memiliki subjek dan predikat, diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan intonasi final (diakhiri denga tanda (.), (?), atau (!)), serta membentuk suatu kesatuan makna. <br />Kalimat dilihat dari peran subjeknya dibedakan menjadi 2, yaitu kalimat aktif dan pasif.<br />1. kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu hal atau kegiatan.<br />Contoh: <br />Toni memukul Toni. <br /> S P O<br />Dalam kalimat diatas, subjek (Toni) berperan sebagai pelaku suatu kegiatan, yaitu memukul. oleh karenanya, kalimat di atas termasuk kalimat aktif. Subjek (S) dalam kalimat aktif melakukan aktifitas, hal ini membawa konsekuensi predikat (P) dalam kalimat aktif harus diisi oleh kata kerja aktif. Kata kerja aktif ini biasanya berimbuhan <strong>meN-</strong> dan <strong>ber-</strong>. <br />2. Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai suatu hal atau tindakan, baik itu disengaja ataupun tidak. <br />Contoh:<br /><br />Bara api itu terinjak ayah.<br /> S P O<br />Dalam kalimat diatas, subjek (bara api) berperan sebagai sesuatu yang dikenai hal atau tindakan tidak sengaja terinjak. Dengan kata lain, subjek dalam kalimat pasif berperan menjadi penderita. Karena subjeknya berperan menjadi penderita, predikatnya harus diisi oleh kata kerja bentuk pasif. Kata kerja bentuk pasif biasanya berimbuhan <strong>ter-</strong>, <strong>di-</strong>, dan <strong>ke-an</strong>.Unknownnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-8960106587443139581.post-29703168535629346062009-01-18T06:11:00.000-08:002009-01-18T06:13:20.187-08:00Makna leksikal dan makna gramatikal<p>Makna leksikal adalah makna dasar sebuah kata yang sesuai dengan kamus. Makna dasar ini melekat pada kata dasar sebuah kata. Makna leksikal juga dapat disebut juga makna asli sebuah kata yang belum mengalami afiksasi (proses penambahan imbuhan) ataupun penggabungan dengan kata yang lain. Namun, kebanyakan orang lebih suka mendefinisikan makna leksikal sebagai makna kamus. Maksudnya, makna kata yang sesuai dengan yang tertera di kamus. perhatikan contoh berikut ini:<br /></p>(a) rumah<br /><p>(b) berumah<br /></p>Contoh yang pertama (a) merupakan kata dasar yang belum mengalami perubahan. Berdasarkan kamus KBBI makna kata “rumah” adalah bangunan untuk tempat tinggal. Sedangkan contoh kedua (b) merupakan kata turunan. Contoh yang kedua (b) mempunyai arti yang berbeda dengan makna yang pertama (a) meskipun kata dasarnya sama, yaitu rumah. Penambahan prefiks atau awalan pada kata “rumah” membuat makna “rumah” berubah tidak sekedar bangunan untuk tempat tinggal tetapi menjadi memiliki bangunan untuk tempat tinggal. <br />Contoh yang kedua inilah yang dinamakan dengan makna gramatikal. Jadi, Makna gramatikal adalah makna kata yang terbentuk karena penggunaan kata tersebut dalam kaitannya dengan tata bahasa. Makna gramatikal muncul karena kaidah tata bahasa, seperti afiksasi, pembentukan kata majemuk, penggunaan kata dalam kalimat, dan lain-lain. Unknownnoreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-8960106587443139581.post-72292569938233278562009-01-18T05:57:00.000-08:002009-01-18T05:59:34.590-08:00Makna Konotasi dan Makna DenotasiPerhatikan contoh berikut ini.<br /><p>(a) Anton menjadi kambing hitam dalam kasus tersebut.<br /></p><p>(b) Anton membeli kambing hitam kemarin sore.<br /></p><p>Kata “kambing hitam” pada kalimat (a) tidak diartikan sebagai seekor hewan (kambing) yang warnanya hitam. Karena, jika diartikan demikian, makna keseluruhan kalimat tersebut tidak logis atau tidak dapat dipahami. Makna kata “kambing hitam” pada kalimat (a) adalah tersangka dalam suatu perkara yang tidak dilakukan. Makna “kambing hitam” pada kalimat (a) inilah yang disebut dengan makna konotasi. Berbeda halnya dengan kalimat (a),”kambing hitam” pada kalimat yang (b) memiliki makna seekor hewan (kambing) yang warnanya hitam. Makna “kambing hitam” pada kalimat (b) inilah yang disebut dengan makna denotasi. <br /></p>Secara singkat makna konotasi dapat diartikan sebagai makna tidak sebenarnya pada kata atau kelompok kata. Oleh karena itu, makna konotasi sering disebut juga dengan istilah makna kias. Lebih lanjut, makna konotasi dapat dijabarkan sebagai makna yang diberikan pada kata atau kelompok kata sebagai perbandingan agar apa yang dimaksudkan menjadi jelas dan menarik.<br />Sedangkan makna denotasi adalah makna sebenarnya yang terdapat pada kata tersebut. Atau secara singkat makna denotasi diartikan sebagai makna sebenarnya. Makna sebenarnya yang dimaksud adalah makna dasar kata yang terdapat dalam kamus (KBBI).Unknownnoreply@blogger.com26tag:blogger.com,1999:blog-8960106587443139581.post-12075253297956653492009-01-04T06:49:00.000-08:002009-01-18T06:00:23.451-08:00UngkapanUngkapan adalah gabungan dua kata atau lebih yang digunakan seseorang dalam situasi tertentu untuk mengkiaskan suatu hal. Ungkapan terbentuk dari gabungan dua kata atau lebih. Gabungan kata ini jika tidak ada konteks yang menyertainya memiliki dua kemungkinan makna, yaitu makna sebenarnya (denotasi) dan makna tidak sebenarnya (makna kias atau konotasi). Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah gabungan kata itu termasuk ungkapan atau tidak, harus ada konteks kalimat yang menyertainya. Untuk lebih jelasnya kita ambil sebuah contoh<br /><p>Membanting tulang<br /></p>Gabungan kata di atas tidak dapat langsung kita katakan termasuk ungkapan. Hal ini dikarenakan konteks kalimat yang menyertai gabungan kata tersebut belum jelas. Gabungan kata di atas masih mempunyai dua kemungkinan makna sesuai konteks kalimatnya. <br /><p>(a) Andi membanting tulang di sampingnya sebagai luapan kemarahannya.<br /></p><p>(b) Andi membanting tulang untuk menghidupi keluarganya.<br /></p>Dua kalimat di atas memberikan konteks (situasi) pada gabungan kata “membanting tulang.” Kalimat (a) membantuk makna denotasi atau makna sebenarnya pada gabungan kata “membanting tulang.” Makna denotasi tersbut adalah kegiatan membanting tulang. Kalimat (b) membentuk makna konotasi atau makna kias pada kata “membanting tulang.” Makna kias tersebut adalah bekerja keras. Makna kedua inilah membuat gabungan kata di atas disebut ungkapan.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8960106587443139581.post-20572384340672567292008-12-26T05:27:00.000-08:002009-01-18T06:00:50.714-08:00KATA MAJEMUKKata majemuk adalah gabungan 2 kata atau lebih yang memiliki struktur tetap, tidak dapat di sisipi kata lain. Contohnya<br />Meja makan<br />gabungan kata di atas termasuk contoh kata majemuk karena strukturnya tetap, tidak dapat diubah-ubah letaknya.<br />Makan meja (tidak logis)<br />Kemudian, gabungan kata tersebut tidak dapat disisipi oleh kata lain, seperti yang, sedang, dll.<br />Meja (yang) makan (tidak logis)<br />Meja (sedang) makan (tidak logis)<br /> Selain itu, ciri lain dari kata majemuk adalah gabungan kata tersebut membentuk makna baru. Namun, makna baru tersebut masih dapat dirunut atau ditelusuri dari makna kata pembentuknya.<br /><em>Rumah baru (a) <br />Tono sakit (b)<br />Rumah sakit (c)</em> <br />secara gramatika (tata bahasa) makna yang terbentuk pada contoh (a) dan (b) sama dengan makna leksikal unsur pembentuknya. Gabungan kata di atas mempunyai makna “rumah (yang) baru” (a) dan “Tono (sedang) sakit.” <br />Berbeda halnya dengan gabungan kata pada contoh pertama (a) dan kedua (b), gabungan kata pada contoh kedua (c) secara gramatika makna yang terbentuk berbeda dari makna leksikal unsur pembentuknya. Makna kata secara leksikal pada contoh kedua (c) adalah “rumah (yang/sedang) sakit.” Makna ini tidak logis, yaitu benda mati dapat merasakan sakit seperti halnya makhluk hidup (manusia). Namun, makna yang terbentuk dalam contoh (c) adalah “rumah tempat merawat orang sakit.” Inilah yang disebut dengan membentuk makna baru tetapi makna baru tersebut masih dapat ditelusuri dari makna kata pembentuknya. Unknownnoreply@blogger.com2